Sabtu, 02 November 2013

Dihari itu 23 November 2011

Kotak Berpita Ungu

       Sore itu langit nampak temaram, titik-titik gerimis menyertai langkah kecilku yang setengah terburu menuju pelataran jalan kompleks perumahan, ya... Aku masih sangat ingat tiap rekam detik moment saat itu, bahkan sampai dua tahun telah terlalui. Adzan maghrib masih 20 menit lagi, tapi kamu sudah nampak gusar tanda ingin segera berlalu. Melihatku yang setengah mendekat ke arah motormu yang terparkir di bawah naungan pohon kenanga yang belum seberapa tinggi membuatmu seketika menyodorkan sekotak kado berpita ungu ke arahku dengan hati-hati agar tidak terkena tetesan rintik gerimis yang mulai menjadi hujan, sama hati-hatinya dengan sikapmu untuk menjaga agar hubungan ini tidak lantas menjadi sesuatu yang salah dan kita sesali pada akhirnya, aku teramat mengenalimu.
        Belum sempat aku tanyakan apa isinya dan kenapa kamu memberikannya kepadaku, suara mesin motormu seperti menjadi pertanda bahwa pertemuan ini akan usai dalam sekejap, seperti sekejap waktu kamu mampu membuatku meyakini bahwa mencintaimu adalah perjuangan yang harus selalu aku upayakan untukmu. Iya, aku selalu kewalahan menghalau rasa khawatirku sendiri, apakah aku sanggup mengikuti langkahmu pada akhirnya atau malah goyah dan menyerah dengan mudahnya. Tapi sekali lagi, satu rasa yang kamu titipkan dulu mampu mengubah air mata cengengku menjadi sebuah penguatan yang aku sendiri tidak pernah tau darimana munculnya, aku selalu menemukan alasan untuk kembali memperjuangkanmu pada akhirnya.
         Aku buka perlahan kotak bersampul manis di hadapanku, semanis senyummu diantara titik-titik air hujan Surabaya, senyum yang nyatanya berdaya magnet kuat karena enggan lepas dari benakku. Ahhhh, kamu terlihat jahat jika menyiksaku dengan bayangan senyummu tanpa mengizinkanku sering-sering menatapnya langsung. Sebentuk benda empuk berwarna pink menyeruak dari dalam kotak berpita ungu pemberianmu, ini boneka. Yap, boneka Teddy Bear berwarna pink berbulu lembut yang membuat hatiku meleleh sambil mengutukmu dalam hati, kenapa kamu memberikan boneka sebagai hadiah ulang tahunku? Apa iya boneka ini akan sebanding dan bisa menggantikan hadirmu sampai waktu pertemuan kita yang bahkan belum tau kapan akan terjadi? Kenapa tidak orangnya yang menjadi kado, tanda bahwa aku bisa memilikimu dan menjadikanmu teman hidup untuk selamanya?
       Kamu selalu sempurna jika memainkan sosok lelaki misterius yang tidak mudah ditebak, seperti sekarang. Aku tidak mampu membaca sedikitpun isi benakmu, mencoba menemukan alasan kenapa kamu dengan mudah meninggalkanku tanpa membiarkanku memberikan salam perpisahan termanis setidaknya. Namun aku tidak mau terus berpikir ini akan menyakitkan, aku anggap kamu memang tidak meninginkan perpisahan, kamu hanya memintaku untuk menunggumu karena kamu akan kembali padaku akhirnya.
      Sore ini hujan kembali turun, hampir dua tahun dan aku masih menyesap tiap potongan kenanganku bersamamu, memeluk erat boneka pemberianmu sambil berharap kamu juga akan aku peluk semacam ini saat halal itu milik kita, amin.
"Menunggu terkadang jauh dari kepastian, tapi selama itu berlangsung kita akan mengetahui bahwa Tuhan menciptakan proses karena akan ada sebentuk hasil, seperti aku yang menunggumu karena percaya bahwa kamulah yang akan menjadikan semua itu pasti dan menunjukkanku hasil itu, hasil yang mungkin bisa kita sebut kebersamaan yang abadi..."

Terima kasih atas tulisan indah yang dipersembahkan oleh  http://arayavio.blogspot.com/2013/11/kotak-berpita-ungu.html#comment-form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar